BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penggunaan paduan
aluminium terus meningkat
dari tahun ketahun.
Hal ini terlihat dari
urutan penggunaan logam
paduan aluminium yang
menempati urutan kedua setelah
pengunaan logam besi
atau baja, dan
di urutan pertama
untuk logam non ferro (Smith, 1995) . Sekarang ini
kebutuhan aluminium di Indonesia per
tahun mencapai 200.000 hingga
300.000 ton dengan
harga US$ 3.305
per ton.
Pemakaian aluminium
pada industri otomotif
terus meningkat sejak
tahun 1980 (Budinski, 2001).
Komponen otomotif yang
terbuat dari paduan
aluminium, antara lain adalah
piston, blok mesin,
kepala silinder, katup
dan sebagainya. Ini berkaitan
dengan jumlah kendaraan
di Indonesia tahun
2005 mencapai 38.156.278 buah terdiri
dari roda dua
28.556.498 buah dan
roda empat 9.559.780
buah (Kepolisian Republik Indonesia,
2005). Jika hitungan
kasar bahwa penggantian kerusakan piston yang terbuat
dari paduan aluminium setiap tahunnya 3-4% dikalikan jumlah kendaraan,
maka jumlah piston
2.255.017 dikalikan 3
ons berat piston
rata-rata, ditemukan jumlah
total berat piston
yang diganti yaitu
6.765,5 ton. Jika
1 ton aluminium dengan harga US$
3.305 berarti jumlah uang keseluruhan US$ 2.235.849 (Rp 23 Milyar) atau dengan
perkataan lain, bila Indonesia dapat menggunakan piston daur ulang maka dapat
menghemat 23 milyar rupiah.
Piston bekas
didaur ulang menjadi
piston baru yang
kualitasnya diharapkan sama dengan
piston original. Piston
merupakan salah satu
dari spare part
untuk kendaraan bermotor yang
sangat vital dan
sering dilakukan pergantian
setiap overhould. Yang jadi masalah untuk mobil-mobll tua atau mobil
klasik untuk mencari spare part yang
original, sekarang sudah
tidak ada karena
pabrik dari perusahaan mobil sudah tidak memproduksi.
Maka dari itu perlu dilakukan reverse engineering untuk pembuatan
piston. Proses reverse
engineering terdiri dari
tiga proses yaitu CAD
(Computer Aided Design),
CAE (Computer Aided Engineering) dan
CAM (Computer Aided Manucfaturing) (Vines,2008). Salah satu proses yaitu
proses CAE mempelajari komposisi dan karakteristik material dalam hal ini
material piston.
Piston
terbuat dari paduan aluminium dan silikon. Paduan ini memiliki daya tahan terhadap
korosi, abrasi dan
koefisien pemuaian yang
rendah, dan juga mempunyai kekuatan yang tinggi, kesemua
sifat tersebut merupakan sifat yang harus dimiliki oleh material piston (Cole,
1995).
Untuk
memperoleh paduan Al-Si yang sesuai
dengan sifat mekanik material piston telah dilakukan beberapa inovasi dalam
proses pengecoran, diantaranya adalah proses
pengecoran gravitasi, cetak
tekan (squeeze casting), penyemprotan plasma ( plasma sprying
), metalurgi serbuk
(powder metallurgy
) dan insert
logam (metal insert) (John,
1994)
Agar piston
hasil daur ulang
bisa digunakan dengan
baik dan tahan
lama, maka perlu dilakukan
treatment (perlakuan) untuk
memperbaiki sifat aluminium piston hasil
pengecoran ulang. Karena
biasanya sifat dan
kualitas piston hasil pengecoran ulang tidak bisa sama dengan
piston dari bahan baku baru yaitu paduan Al-Si.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari pratikum ini adalah
untuk:
1. Mengetahui
proses pengecoran
2. Mengetahui jenis-jenis dan
klasifikasi pengecoran
3. Mengetahui sifat-sifat bahan cor dan struktur mikro dari
suatu produk hasil pengecoran
4. Mengetahui metode pembuatan cetakan dan penyebab cacat
pada saat penyusutan
1.3
Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu :
1. Bagi
dunia pendidikan merupakan suatu pengalaman yang sangat menguntungkan sebagai pengembangan ilmu di bidang
material dan bahan.
2. Bagi
mahasiswa dapat belajar secara teoritis khususnya pada mata kuliah yang
bersangkutan.Disamping itu sebagai pendalaman materi – materi yang didapat
dibangku kuliah sehingga diharapkan akan menambah pengetahuan, wawasan dan
mahasiswa teknik mesin khususnya.
3. Dalam
dunia industri pengecoran sangat bermanfaat khususnya dalam pembuatan alat-alat
permesinan dan komponen-komponen mesin lainnya
BAB
II
TEORI
DASAR
2.1
Pengecoran
Aluminium Silikon
Proses
pengecoran (casting) adalah salah
satu teknik pembuatan produk dimana logam cair dicairkan dalam tungku peleburan
kemudian dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari
produk cor yang akan dibuat dalam proses yang paling sederhana maupun rumit
yang digunakan dalam pembuatan produk dalam jumlah satu ataupun banyak dengan
sifat mekanis yang keras dan ulet.
Paduan aluminium - silikon adalah paduan yang paling
sering digunakan dalam proses pengecoran. Dikarenakan paduan aluminium –
silikon mempunyai sifat kecairan yang sangat baik, permukaan yang halus, serta
kekuatan mekanik yang tinggi. Sedangkan sebagai bahan mempunyai sifat ketahanan
korosi yang baik, sangat ringan, koefisien pemuaian yang kecil, serta
penghantar panas dan listrik yang bagus. Sehingga bahan paduan aluminium
silikon biasa digunakan untuk komponen otomotif serta bahan konstruksi.
Paduan Al-Si adalah paduan yang sangat baik
kecairannya, mempunyai permukaan yang bagus, tanpa kegetasan panas, memiliki
sifat mampu cor dan ketahanan korosi yang baik, sangat ringan, koefisiennya
kecil dan sebagai penghantar listrik dan panas yang baik, karena sifat-sifatnya
maka paduan ini banyak dipakai sebagai bahan untuk logam las dalam pengelasan
logam paduan aluminium, baik pada paduan cor maupun paduan tempa. Selain itu
pada paduan Al-Si yang dipadu dengan unsur-unsur lain banyak dipakai untuk benda-benda
tuang untuk industri mobil, misalnya torak, kepala silinder, pelek dan lain -
lain.
Paduan Al-Si memiliki sifat mampu cor yang baik,
tahan korosi, dapat diproses dengan permesinan dan dapat dilas. Diagram fasa
dari Al-Si ditunjukkan pada Gambar 2.1, diagram ini digunakan sebagai pedoman umum untuk menganalisa
perubahan fasa pada proses pengecoran paduan Al-Si.
No comments:
Post a Comment